Ajuran Kenya


Suku Ajuran termasuk dalam ras bangsa yang dikenal dengan nama Somalia. Bangsa Somalia tersebar di seluruh wilayah Afrika bagian timur laut dan timur tengah. Suku Ajuran adalah satu dari enam suku bangsa Somalia yang tinggal di bagian timur laut Afrika -- daerah yang biasa disebut "Tanduk Afrika", meliputi Somalia, Djibouti, dan Kenya. Suku Ajuran kebanyakan tinggal di sebuah provinsi bagian timur laut Kenya. Mereka memadati hampir seluruh populasi di sana.
Suku Ajuran adalah peternak seminomaden. Anggota suku sangat setia satu dengan yang lain. Mereka menyebar ke segala penjuru untuk memastikan ada cukup tanah dan air untuk semua ternak mereka. Mereka memandang rendah orang-orang yang bekerja dengan tangan, dan para pengrajin dianggap sebagai orang-orang kelas bawah. Kebanyakan orang Ajuran mampu berbicara dua bahasa -- bahasa asli mereka (Garreh-Ajuran) dan bahasa Somalia; beberapa di antaranya juga berbicara bahasa Swahili. Hanya sekitar dua persen penutur Garreh-Ajuran yang melek huruf.
Seperti Apa Kehidupan Mereka?
Suku Ajuran yang seminomaden tinggal di gubuk-gubuk yang mudah untuk dibawa ke mana-mana -- dibangun dari pohon muda bengkok yang ditutupi dengan kulit binatang atau tikar tenunan. Mereka dapat dengan mudah membongkar gubuk itu, membawanya dengan unta, kemudian pindah ke tempat lain bersama dengan ternak mereka. Desa-desa didiami oleh beberapa keluarga yang masih memiliki hubungan darah. Gubuk-gubuk mereka diatur letaknya sehingga membentuk lingkaran atau setengah lingkaran mengelilingi kandang ternak mereka. Desanya dibatasi dengan pagar semak berduri untuk melidungi mereka dari orang asing dan binatang buas. Tanggung jawab kaum lelaki adalah memelihara ternak. Sedangkan kaum wanita, mengurus rumah tangga dan mendirikan gubuk. Mereka memelihara ternak, memasak, dan mengurus keluarganya.
Pola perpindahan suku Ajuran tergantung pada area penggembalaan dan iklim daerah yang tak dapat diprediksi di tempat di mana mereka tinggal. Jika padang rumput dan air mulai langka, mereka mengemasi gubuk mereka dan pindah mengarungi gurun. Sumber mata pencaharian kebanyakan suku Ajuran didapat dari ternak mereka -- unta, lembu, kambing, dan domba.
Menurut hukum Islam, kaum pria diizinkan memiliki empat istri. Poligami sudah menjadi hal yang biasa di suku Ajuran. Sayangnya, tingkat perceraian sangat tinggi. Anak-anak dari orang tua yang cerai biasanya dibagi menurut kelamin; istri membawa anak perempuan dan suami membawa anak lelaki.
Dahulu, makanan pokok suku Ajuran hampir seluruhnya terbuat dari susu; namun demikian, kini mereka juga makan jagung dan nasi. Mengunyah "qat", obat perangsang halusinasi ringan, adalah kegiatan favorit pengisi waktu senggang.
Kaum wanita suku Ajuran menjalani hidup yang sangat berat. Mereka biasanya diperlakukan seperti budak. Beberapa percaya bahwa kaum wanita tidak memiliki jiwa. Terkadang, seorang wanita yang baru saja menikah dipukuli oleh suaminya agar ia belajar untuk patuh dan tunduk pada suaminya. Kaum pria ingin agar istrinya melahirkan banyak anak, sehingga sering kali wanita hamil berkali-kali. Karena masalah kekurangan gizi, para wanita harus berjuang agar anak-anaknya dapat bertahan hidup. Para istri tinggal di gubuk yang terpisah dari keluarganya.
Apa Kepercayaan Mereka?
Suku Somalia memeluk agama Islam pada tahun 1400-an. Kini, suku Ajuran adalah Muslim Shaffite. Mereka sangat ortodoks dalam praktik-praktik agama mereka. Bahkan, beberapa dari mereka percaya bahwa mereka adalah keturunan Muslim Arab. Namun demikian, penelitian linguistik menunjukkan bahwa hal tersebut tidaklah benar.
Meski suku Ajuran adalah orang Muslim yang kukuh, hanya beberapa di antaranya saja yang benar-benar memahami kepercayaan yang mereka anut. Mereka adalah orang-orang yang sangat bangga akan agamanya dan menganggap orang Kristen sebagai orang yang rendah. Muslim menganggap Yesus sebagai nabi, guru, dan seorang yang baik hati, namun bukan sebagai Anak Allah. Mereka juga percaya bahwa semua pria dan binatang akan menentukan bagaimana hidup mereka setelah mati nanti. Mereka percaya bahwa mereka akan dihakimi berdasar kesalehan sikap dan pengetahuan akan Al-Quran. Muslim berdoa lima kali sehari dengan menghadap ke Mekah.
Apa Kebutuhan Mereka?
Beberapa tahun belakangan, Afrika bagian timur laut didera kekeringan yang amat parah. Fasilitas kesehatan yang ada tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan orang-orang yang tinggal di daerah itu. Mereka sangat membutuhkan tim medis Kristen dan bahan-bahan pangan. (t\Dian)
Pokok Doa
  1. Berdoa agar Tuhan mengirim lebih banyak misionaris yang dapat menjangkau orang-orang Ajuran yang belum mengenal Kristus dengan efektif.
  2. Mohon agar Tuhan mengurapi Injil yang mengudara melalui radio dan televisi kepada suku Ajuran. Biarlah Roh Kudus bekerja melalui sarana media yang ada tersebut.
  3. Mohon agar Tuhan melunakkan hati suku Ajuran terhadap orang Kristen sehingga mereka mau melihat kesaksian orang Kristen dan mau menerima Injil.
  4. Doakan agar Tuhan menyatakan diri-Nya kepada orang-orang Ajuran melalui mimpi dan visi, karena Injil atau misionaris sering sulit masuk di tengah-tengah mereka.
  5. Mohon agar Tuhan membangkitkan tim doa di berbagai tempat untuk mulai berdoa bagi suku Ajuran. Doakan agar kuasa yang membutakan hati orang Ajuran dipatahkan dan mereka dapat melihat Allah yang benar melalui Injil yang mereka dengar.
  6. Doakan agar segera berdiri gereja lokal yang kuat di antara suku Ajuran. Biarlah umat Tuhan ini dapat dipersatukan dalam satu keluarga Tuhan sehingga semakin kuat dalam menghadapi pencobaan-pencobaan.
  7. Mohon agar Tuhan mengirimkan misionaris dari tim medis untuk memberikan pertolongan bagi kebutuhan kesehatan suku Ajuran.
  8. Doakan juga untuk kebutuhan pangan di wilayah di mana suku Ajuran tinggal, karena mereka sering kekurangan makanan dan berpindah-pindah tempat.

Han Tiongkok

Suku Han Tiongkok adalah kelompok etnis terbesar di dunia, berjumlah sekitar 1,3 milyar jiwa. Meski sebagian besar tinggal di Tiongkok, namun banyak juga yang telah bermigrasi ke negara-negara lain dan tinggal di hampir semua negara di dunia. Suku Han Tiongkok yang ada di negara-negara Asia, antara lain di Laos, Nepal, Tanzania, Kamboja, dan Thailand, belum terjangkau oleh Injil.
Kebanyakan orang Han Tiongkok adalah penutur beberapa dialek Tionghoa, sebut saja Mandarin, Canton, dan Hokkian. Meski dialek-dialek tersebut mirip, penutur salah satu dialek tersebut tidak dapat memahami dialek lainnya.
Suku Han Tiongkok mulai pindah ke negara-negara lain pada 1276 setelah invansi Mongolia. Banyak pergolakan dan konflik lain yang mengikuti invansi tersebut, dan orang Tiongkok bertahan tinggal di negara-negara lain, terutama di Asia Tenggara. Ke mana pun mereka pergi, orang Tiongkok hampir selalu tinggal di kota dan terlibat dalam bisnis dan perdagangan. Kini, keberadaan mereka sangat berpengaruh dalam ekonomi di banyak negara tersebut, meski jumlah mereka hanyalah sebagian kecil dari jumlah seluruh populasi.
Seperti Apa Kehidupan Mereka?
Suku Han Tiongkok bertahan tinggal di kota-kota. Di sejumlah negara, terutama negara-negara yang terpengaruh kehidupan barat, mereka adalah pengusaha. Bisnis mereka beragam, dari toko kecil sampai perusahaan internasional. Mereka tinggal di segala macam tipe tempat tinggal, dari apartemen kecil sampai mansion yang harganya selangit. Hampir semua orang Han Tiongkok memertahankan makanan tradisionalnya. Nasi tetap menjadi makanan pokok dan mereka biasanya lebih suka menggunakan sumpit.
Selama pendudukan Jepang di Tiongkok semasa Perang Dunia II, pergerakan kaum nasionalis mulai tumbuh di antara orang Han Tiongkok yang tinggal di luar Tiongkok. Anggota gerakan tersebut mulai mendukung Tiongkok dengan penuh semangat. Saat Komunis menguasai Tiongkok pada 1949, banyak suku Han Tiongkok mendukung terjadinya revolusi -- bukan karena mereka setuju dengan ideologi komunis, tapi karena mereka rindu akan adanya kepemimpinan yang kuat dan persatuan di negara ibu mereka. Akibatnya, mereka menjadi sorotan pemerintah negara-negara di mana mereka tinggal. Karena suku Han Tiongkok mendukung pemerintahan Komunis di Tiongkok, pejabat-pejabat pemerintah takut kalau-kalau mereka juga mendukung revolusi komunis di negara-negara di mana mereka tinggal.
Banyak suku Han Tiongkok yang tinggal di luar Tiongkok menjaga budaya dan bahasa mereka dalam beragam intensitas, tergantung pada negara di mana mereka tinggal. Kecuali orang Han Tiongkok yang tinggal di Thailand, mereka terus menuturkan dialek Tionghoa mereka yang beragam. Dalam banyak negara, suku Han Tiongkok juga masih menjalankan tradisi budaya Tionghoa mereka, terutama yang berkaitan dengan pernikahan dan keluarga. Salah satu alasan utama mereka melestarikan budaya dan bahasa mereka adalah karena mereka memiliki keyakinan kuat akan keunggulan budaya mereka.
Suku Han Tiongkok memperlakukan anak-anak mereka dengan penuh kasih dan biasanya lebih memanjakan anak laki-laki daripada perempuan. Anak-anak didorong untuk menjadi pintar di sekolah dan diberi lebih banyak waktu untuk belajar. Suku Han Tiongkok terkenal dengan sopan santunnya dan akan berusaha sebisa mungkin untuk menghindari perselisihan. Namun demikian, sekalinya terjadi perselisihan, sangat sulit untuk diselesaikan karena mereka memiliki gengsi yang besar. Menyerah dalam suatu perselisihan akan membuat mereka kehilangan muka -- sesuatu hal yang dihindari oleh orang Han Tiongkok, apa pun yang terjadi.
Apa Kepercayaan Mereka?
Suku Han Tiongkok biasanya menjaga agama tradisi Tionghoa mereka, yang dikarakterisasi oleh percampuran berbagai filosofi. Melalui perjalanan waktu, agama mereka telah ditambah elemen-elemen Budhaisme, Konfusianisme, dan Taoisme. Keyakinan mereka berpusat pada konsep menjaga keharmonisan.
Orang Han Tiongkok sangat memuja takhayul. Mereka mengacu pada primbon dalam menentukan tindakan seperti apa yang akan meningkatkan keharmonisan dan membawa keberuntungan. Mereka juga percaya pada sebuah kuil roh-roh yang mendiami bumi. Roh-roh para leluhurnya mengembara di bumi, dan jika diperlakukan dengan baik, mereka ramah dan akan membawa keberuntungan. Hantu dipercaya sebagai roh-roh orang yang marah dengan keadaan pada saat mereka mati; roh-roh itu dianggap jahat dan berubah-ubah sifatnya. Dewa-dewa adalah jiwa-jiwa orang-orang yang hidupnya suci atau saleh. Mereka dipercaya memiliki kekuatan spiritual yang dapat digunakan untuk memberikan keberuntungan bagi orang-orang yang memujanya.
Meski orang Han Tiongkok masih setia pada kepercayaan-kepercayaan itu, namun sepertinya kepercayaan-kepercayaan itu tidak terlalu berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan pada praktiknya, kebanyakan dari mereka tidak beragama.
Apa yang Mereka Butuhkan?
Suku Tionghoa sering kali diperlakukan dengan tidak baik di tempat di mana mereka tinggal. Di beberapa negara, kerusuhan anti-Tionghoa terjadi. Di hampir semua negara, penduduk pribumi iri hati pada suku Han Tiongkok karena kesuksesan mereka dalam bisnis, perniagaan, dan perdagangan.
Orang Han Tiongkok sangat membutuhkan bantuan rohani. Negara di mana mereka tinggal kebanyakan terbuka terhadap Injil, dan beberapa alat penginjilan juga tersedia dalam bahasa mereka. Namun demikian, hanya sedikit orang Han Tiongkok di Laos, Nepal, Tanzania, dan Thailand yang menjadi Kristen. Mereka tetap terikat pada takhayul dan agama yang salah. Orang-orang yang berharga itu membutuhkan kasih orang-orang Kristen yang mengenalkan mereka pada Pribadi yang benar-benar dapat membebaskan mereka.
Pokok Doa
  • Doakan agar Tuhan membantu organisasi-organisasi misi yang berorientasi menjangkau orang Han Tiongkok.
  • Mohon agar Roh Kudus melembutkan hati orang-orang Han Tiongkok terhadap pesan Injil.
  • Doakan agar sejumlah kecil orang Han Tiongkok yang telah percaya mulai dapat membagikan cinta kasih Yesus kepada sesama suku mereka.
  • Berdoalah agar Tuhan menyatakan diri-Nya kepada orang-orang itu melalui mimpi dan visi.
  • Berdoalah agar siaran Kristen, bacaan penginjilan, dan film Jesus dapat menjadi alat yang efektif untuk menjangkau orang Han Tiongkok.
  • Mohon agar Tuhan menggunakan usahawan-usahawan Kristen untuk dengan tegas memberitakan Kabar Baik kepada orang Han Tiongkok.
  • Doakan agar kuasa dan kekuatan spiritual yang mengikat suku Han Tiongkok dilepaskan dan digantikan dengan kuasa Kristus .
  • Mohon agar Tuhan membangkitkan gereja lokal yang kuat di antara orang-orang Han Tiongkok.

Tajik di Afganistan

Populasi terbesar suku Tajik yang ada di luar tanah air Afganistan adalah di wilayah Tajikistan, yang terletak di utara Afganistan. Lebih dari 25% populasi Afganistan adalah orang Tajik. Hal tersebut membuat suku Tajik menjadi suku terbesar kedua di Afganistan. Sejak abad ke-4, bukti sejarah menunjukkan bahwa Tajik adalah suku paling kuno di antara suku-suku Asia Tengah yang masih bertahan keberadaannya hingga sekarang. Subetnis Mediteranian dari ras Kaukasia, suku Tajik modern adalah keturunan dari orang-orang Persia. Orang-orang yang bertubuh tinggi langsing, berkulit kuning langsat dengan mata biru atau hijau, serta rambut yang sering kali berwarna merah dan pirang, yang kemudian menikah dengan orang-orang Turki dan Mongol, menghasilkan orang-orang dengan mata berbentuk oval dan berujung lancip serta berambut hitam lurus -- orang Tajik.
Istilah Turki kuno, Tajik, adalah sinonim dari Persia. Mereka selalu menuturkan bahasa Persia (atau bahasa Dari di Afganistan) yang diadopsi penutur bahasa Persia lain di Asia Tengah. Sering kali, mereka menyebut diri mereka dengan nama lembah kampung halaman daripada Tajik. Mereka tinggal di lingkungan pegunungan yang luas dan subur, yang disebut Panjsher Valley, bagian utara Kabul, di mana para petani dan penggembala miskin tinggal di rumah beratap datar yang terbuat dari batu bata lumpur atau batu. Saat persedian air melimpah, desa ini bisa menghasilkan buah-buahan, kacang-kacangan, serta biji-bijian hasil panen yang terbaik. Ahmad Shah Masoud, salah seorang pemimpin yang terkemuka di Taliban, yang dibunuh pada 2001, berasal dari desa itu. Ada juga sekelompok kecil suku Tajik yang tinggal di provinsi Herat di bagian barat yang berbatasan dengan Iran. Lalu ada juga kelompok komunitas Tajik yang lebih besar dan lebih berpendidikan, yang tinggal di Kabul, di mana mereka telah merasakan kesuksesan ekonomi dan pengaruh politik. Di antara suku Tajik yang tinggal di kota itu juga terdapat para pedagang dan pengrajin yang sangat berbakat. Karena hubungan kekerabatan dalam keluarga besar suku Tajik dekat, orang Tajik yang tinggal di kota dikenal sangat menjaga hubungan baik dengan keluarga mereka di desa.
Mereka yang sebelumnya adalah suku, telah meninggalkan struktur organisasi yang ketat sejak dahulu. Namun demikian, tradisi budaya mereka masih dijaga dan diperhatikan -- tradisi yang tetap bertahan meski didera invasi selama berabad-abad, oleh orang-orang Arab kuno sampai para pejuang Taliban yang kini ada. Salah satu tradisi sosial adalah keramahtamahan yang luar biasa -- keramahtamahan antarorang Afganistan. Menerima tamu dianggap sebagai suatu kehormatan -- kesempatan untuk makan hidangan-hidangan istimewa. "Osh", makanan spesial yang dipersiapkan para pria Tajik, yang dibuat dari nasi, daging kambing, merica, dan sayuran, dan mungkin dihidangkan dengan roti tipis bundar yang dibakar dengan campuran beberapa tepung, buah, yogurt (susu masam kental), dan teh. Bahkan petani miskin sekalipun menyambut tamu dengan menghidangkan teh, roti, dan yogurt.
Dipaksa menganut agama Islam oleh Arab pada abad ke-7, 99% orang Tajik Afganistan kini beragama Islam. Tradisi agama mengharuskan adanya ritual untuk memperingati beberapa tahap penting kehidupan, seperti kelahiran, pernikahan, dan kematian. Doa hafalan diucapkan setiap hari, dan di beberapa komunitas, praktik gaib, guna-guna, dan ritual animistis masih memiliki tempat dalam hidup masyarakat.
Tradisi artistik kuno dan dihormati seperti puisi, cerita rakyat, karya seni, musik, dan tarian menggambarkan dan menjaga nilai-nilai budaya Tajik. Kekreatifan mereka diwujudkan dalam benda-benda seperti karpet yang menawan, keramik, kostum yang kaya dengan sulaman, topi, serta perhiasan pria yang berwarna terang. Pada masa lalu, Tajik melukis langit-langit luas yang terbuat dari kayu di masjid dan istana, juga mendekorasi buku. Sering kali mereka menuliskan puisi berbahasa Persia di langit-langit dan buku itu. Pakaian adat orang Tajik Afganistan tidak terlalu spesial, para pria membalut topi bersulam dengan ikat kepala dan para wanita memakai syal dan kerudung.
Masyarakat Tajik didominasi oleh pria, namun wanita tidak dikenakan terlalu banyak peraturan ketat di tempat kerja dan masyarakat (kecuali di bawah pemerintahan Taliban) daripada wanita di komunitas Islam yang lain. Namun demikian, kehidupan pribadinya mirip, para wanita bergantung pada para pria. Wanita tidak berhak untuk mendapat warisan. Pernikahan orang Afganistan biasanya diatur, dan kata "cerai" hanya boleh dicetuskan oleh suami yang memutuskan hubungan pernikahan dengan mengatakan "saya menceraikanmu" sebanyak tiga kali.
Kenyamanan yang dirasakan komunitas Tajik pada masa lalu entah bagaimana telah terkikis oleh ketidakstabilan keadaan yang kini sedang terjadi. Namun demikian, identitas nasional yang kuat dan sifat mereka yang pekerja keras akan memberikan suku Tajik hidup yang lebih baik sementara Afganistan membangun ulang.
Apakah kepercayaan mereka?
Sebanyak 99% orang Tajik adalah orang Islam. Sebagian besar dari mereka adalah Islam Sunni Mazhab Hanafi, namun ada juga yang adalah Islam Shia Ismaili yang tinggal di daerah pegunungan yang terpencil. Islam meresap dalam setiap aspek kehidupan mereka. Ritual kelahiran, pubertas, pernikahan, dan kematian, semua itu dilakukan dalam upaya mengamalkan agama mereka. Mereka patuh mengulang doa hafalan lima kali sehari.
Selain agama Islam, spiritisme (kepercayaan pada roh-roh halus yang menyertakan ilmu gaib dan guna-guna) juga tersebar luas di antara masyarakat Tajik.
Apakah yang mereka butuhkan?
Tajik banyak mengalami perang dan percekcokkan dalam komunitas mereka. Tanah mereka terus-menerus diinvasi selama berabad-abad oleh Arab, Yunani, Mongol, Persia, Turki, Rusia, dan Inggris.
Sangat sulit untuk menerobos agama Islam. Pertobatan menjadi Kristen akan membuat mereka "dilempar" dari keluarga mereka. Karena itu orang-orang Tajik, meski hangat dan ramah, menjadi semakin takut terhadap orang asing.
Orang Tajik berbahasa Persia "Dari", sebuah bahasa yang berasal dari Raja Darius (disebutkan dalam Kitab Daniel). Sayangnya, hanya sekitar 10% dari seluruh orang Tajik yang bisa membaca.
Pokok Doa
  • Mohon kepada Tuhan agar memulihkan kedamaian politik dan kestabilan keamanan di Afganistan.
  • Mohon agar Tuhan mengirimkan pelayan-pelayan Kristen yang fasih berbahasa Dari sehingga mereka bisa melayani orang-orang Tajik.
  • Doakan agar para misionaris dan pelayan Kristen yang melayani di Pakistan dapat menjadi saksi yang efektif bagi orang-orang Tajik yang dibuang oleh keluarga mereka.
  • Doakan agar mereka mengerti bahwa mereka perlu mencari kebenaran yang sejati yang hanya bisa mereka dapatkan dengan pengenalan pada Yesus Kristus.
  • Doakan agar tersedia dana untuk membantu daerah-daerah miskin sehingga dapat membantu kebutuhan pokok mereka.
  • Doakan agar segera ada gereja lokal yang kuat yang ada di antara orang-orang Tajik Afganistan.

Natal di Jepang

Secara umum, hari raya Natal di Jepang kalah pamornya dibandingkan dengan hari raya Tahun Baru. Di sana, Tahun Baru dianggap lebih penting daripada hari Natal. Tetapi meskipun hari Natal juga diperingati dengan cukup meriah di Jepang, baik dengan tukar-menukar kado, makan malam bersama, maupun memasang pohon Natal, semua itu hanya didasari pada rasa ketertarikan pada tradisi negara-negara Barat dalam merayakan Natal; bisa dikatakan mereka hanya ikut-ikutan. Selain itu, toko-toko yang ikut memeriahkan Natal di Jepang hanya menggembar-gemborkan Natal dan menjual ornamen-ornamen Natal. Natal dirayakan, tidak lain hanya untuk alasan komersial saja. Dan yang paling ironis, meski perayaan Natal di Jepang bisa dikatakan meriah, tidak banyak orang Jepang yang mengerti makna Natal yang sesungguhnya.
NATAL DAN TAHUN BARU DI JEPANG
Natal diperkenalkan di Jepang oleh para misionaris. Selama bertahun-tahun, yang merayakan Natal hanyalah orang-orang Jepang yang bertobat dan mengaku Yesus sebagai Juru Selamat. Namun begitu, kini suasana Natal di Jepang sangat meriah dan menyita perhatian hampir seluruh negeri. Tukar-menukar kado merupakan tradisi lama orang-orang Jepang. Toko-toko yang ada di Jepang memanfaatkan momen Natal untuk kepentingan komersial -- sama dengan yang dilakukan toko-toko di negara-negara Barat. Selama beberapa minggu sebelum Natal, toko-toko di sana mengembar-gemborkan Natal. Toko-toko itu memajang pernak-pernik Natal dan hadiah yang cocok untuk pria, wanita, dan terutama anak-anak. Dengan jumlah satu persen penduduk yang beragama Kristen, sedikit sekali orang Jepang yang benar-benar memahami makna Natal.
Kisah bayi Yesus yang lahir di palungan memang menarik bagi gadis-gadis cilik di Jepang karena mereka memang menyukai segala sesuatu yang berkenaan dengan bayi. Saat Natal, banyak orang yang mengenal palungan untuk pertama kalinya karena biasanya bayi Jepang tidak tidur di palungan.
Banyak tradisi Barat dalam merayakan Natal yang diadopsi oleh orang Jepang. Memang sudah merupakan kebiasaan orang Jepang untuk mencari sesuatu yang menarik dari negara-negara Barat dan kemudian mengubahnya menjadi sesuatu yang kental dengan khas Jepang. Selain tukar-menukar kado, keluarga-keluarga Jepang juga makan kalkun pada hari Natal, dan bahkan ada pohon Natal di beberapa tempat umum. Mereka menghias rumah mereka dengan pohon cemara, dan puji-pujian Natal dikumandangkan dengan sukacita di beberapa rumah. Sering kali, sebuah ranting juga digantung di langit-langit rumah. Krans Natal digantung di depan pintu sebagai simbol keberuntungan.
Di Jepang, ada tuhan atau pendeta yang disebut "Hoteiosho" -- versi lain Sinterklas. Ia digambarkan sebagai pria tua baik hati yang memanggul tas besar. Beberapa rumor mengatakan bahwa ia memunyai mata di bagian belakang kepalanya. Penting bagi anak-anak untuk bersikap baik saat tersiar kehadiran Hoteiosho.
Tahun Baru merupakan hari raya terpenting dalam kalender Jepang. Pada malam Tahun Baru, seluruh rumah dibersihkan dari atap sampai lantai bawah. Seluruh rumah dihiasi untuk menyambut hari itu. Saat segala sesuatu telah bersih dan rapi, seisi rumah memakai pakaian yang paling bagus, sering kali mereka memakai baju nasional Jepang -- kimono. Kemudian, kepala keluarga berjalan mengelilingi rumah sambil diikuti seisi rumah untuk mengusir roh-roh jahat. Ia melempar buncis kering ke setiap sudut rumah agar roh-roh jahat keluar dari rumah dan keberuntungan masuk ke rumah. Seluruh keluarga pergi ke kuil Shinto, menepukkan kedua tangan mereka untuk menarik perhatian tuhan mereka dan memohon peruntungan. Sering kali, kesialan-kesialannya dibakar, namun variasi kebiasaan itu tergantung pada kuil dan tuhannya.
SEJARAH KEKRISTENAN DI JEPANG
Sebelum kekristenan masuk ke negara yang sekarang disebut Amerika Serikat, kekristenan telah masuk ke negara Jepang. Agama Kristen pertama kali diperkenalkan di Jepang pada abad ke-16 oleh kaum Jesuit dan kemudian oleh para misionaris Fransiskan. Pada akhir abad itu, kira-kira ada 300.000 orang Jepang yang dibaptis.
Sayangnya, situasi yang menjanjikan itu mulai ditentang oleh kelompok misionaris lain dan intrik-intrik politik yang datang dari pemerintah Spanyol dan Portugis, serta partai-partai politik pemerintahan Jepang sendiri. Akibatnya, orang-orang Kristen ditindas.
Korban pertamanya adalah 6 biarawan Fransiskan dan 20 orang petobat yang disalib di Nagasaki pada 5 Februari 1597. Setelah adanya toleransi terhadap orang-orang Kristen yang hanya berlangsung selama beberapa waktu, banyak orang Kristen yang ditangkap, dipenjara, atau dianiaya dan dibunuh; dan gereja pun terpaksa bergerak di bawah tanah pada 1630. Meski begitu, saat Jepang kembali membuka diri kepada negara-negara Barat 250 tahun setelah peristiwa tersebut, ternyata komunitas Kristen Jepang masih bertahan di bawah tanah, tanpa pendeta dan Injil; mereka bertahan hanya dengan instruksi sederhana mengenai iman mereka, tetapi dengan iman yang teguh percaya bahwa Yesus adalah Juru Selamat mereka.
Gereja mulai bertumbuh lagi setelah Komodor Perry membuka negara Jepang dengan armadanya dari Amerika. Misionaris tumpah ruah ke Jepang.
Namun demikian, selama Perang Dunia II, oleh karena curiga dengan orang-orang Kristen dan orang-orang Barat, pemerintah Jepang menggiring orang-orang Kristen ke Nagasaki. Sungguh ironis, negara yang paling bertanggung jawab untuk menginjili orang-orang Jepang, malah menjatuhkan bom nuklir di Nagasaki dan membunuh banyak orang Kristen. Meski begitu, masih ada orang-orang Kristen yang berdedikasi di Jepang, dan gereja pun terus bertumbuh.

Alas, Indonesia


SIAPAKAH SUKU ALAS?
Orang-orang Alas merupakan salah satu rumpun masyarakat yang terletak di wilayah Aceh Tenggara, provinsi Aceh. Wilayah Alas dilalui banyak sungai, termasuk Lawe Alas (Sungai Alas). Mereka tinggal di daerah yang disebut "Tanah Orang Alas". Kata "alas" berarti "tikar yang digunakan untuk duduk atau tidur". Walaupun bahasa dan nama keluarga suku Alas memiliki kesamaan dengan suku Batak, asal usul Alas masih merupakan sebuah misteri. Menurut cerita tradisional, ada sejumlah orang Batak yang menyembah berhala dari tanah Toba pergi ke dataran tinggi di bawah pimpinan kepala suku mereka, Alas. Tradisi dan budaya yang telah lama dipelihara kelompok etnis ini terkadang disamakan dengan Gayo. Selama masa pemerintahan Belanda, struktur pemerintahan menganggap dua wilayah ini sebagai satu bagian (Tanah Gayo dan Alas). Akan tetapi, orang-orang Alas adalah kelompok orang-orang yang unik yang memunyai budaya dan bahasa sendiri yang berbeda dari kebudayaan dan bahasa Gayo. Sejak 1974, wilayah-wilayah Alas dan Gayo telah digolongkan dalam daerah Aceh Tenggara.
SEPERTI APA KEHIDUPAN MEREKA?
Sebagian besar orang-orang Alas tinggal di wilayah pedesaan. Mereka mencari nafkah dengan berkebun dan memelihara ternak. Wilayah Alas dianggap sebagai lumbung padi di wilayah Aceh. Hasil-hasil pertanian lainnya adalah karet, kopi, dan kemiri (bumbu lokal) serta juga hasil-hasil perhutanan lainnya seperti kayu, rotan, getah dan kemenyan.
Lingkungan atau pedesaan-pedesaan Alas disebut "kute". Satu kute biasanya terdiri dari satu klan atau lebih yang disebut "merge". Keluarga-keluarga besar biasanya akan hidup dalam satu rumah dan tunduk kepada otoritas orang tua. Mereka adalah masyarakat patrilineal, yang berarti mereka menarik garis keturunan dari pihak ayah.
Kebudayaan mereka menekankan dua jenis hukum. Yang pertama terdiri dari hukum agama yang diberikan Allah dan tidak dapat diubah. Yang kedua terdiri dari hukum-hukum tradisional yang dibuat oleh para pemimpin komuitas dan dapat diubah sesuai dengan waktunya. Menurut adat pernikahan, pertunangan berlangsung dari 1 sampai 3 tahun karena sang pria perlu mengumpulkan mas kawin untuk sang wanita. Ketika sepasang pria dan wanita Alas menikah, mereka tinggal dekat dengan keluarga sang suami. Setelah mereka memunyai anak-anak, keluarga muda tersebut biasanya akan pindah dan tinggal terpisah (jawe) dari orang tua, tetapi mereka tetap tinggal di wilayah yang sama. Pernikahan secara poligami diperbolehkan ketika pasangan suami istri hanya memiliki 1 orang anak atau tidak memiliki anak sama sekali ("adak meu keu dueu").
APA KEPERCAYAAN MEREKA?
Biasanya, orang-orang Alas adalah penganut Islam, tetapi mereka masih mencari bantuan dari dukun. Mereka mengadakan ritual-ritual agar hasil panen mereka besar dan agar hasil panen mereka dilindungi dari hama. Dukun membaca mantranya dan menggunakan ramuan obat ajaib dari dedaunan dan bunga-bunga yang dianggap kuat untuk melawan hama.
APA KEBUTUHAN MEREKA?
Orang Alas sangat memerlukan perkembangan dalam bidang pendidikan dan ekonomi. Aceh Tenggara memunyai potensi besar untuk pariwisata, pertanian ,dan pertambangan, tetapi potensi besar ini belum dimanfaatkan. Modal dan investasi finansial (baik dari dalam maupun luar negeri) dari potensi-potensi yang dikembangkan ini akan sangat membantu perkembangan dan kemakmuran orang-orang Alas.

Bangka, Indonesia

Pendahuluan/Sejarah
Orang-orang Bangka tinggal di pulau Bangka di laut Cina selatan, di sebelah timur Sumatera, khususnya di kabupaten dan kotamadya Pangkal Pinang, di provinsi Bangka-Belitung. Orang-orang Indonesia sering mengunjungi pulau ini karena pulau ini memiliki panorama pantai yang indah dan mudah dijangkau dari ibukota Sumatera Selatan (Palembang). Lebih dari separuh penduduk Bangka adalah orang Melayu (Malay), dan seperempat penduduknya adalah warga keturunan China, yang bermigrasi ke pulau itu. Bahasa Bangka merupakan suatu cabang dari kelompok bahasa Melayu.
Seperti Apakah Kehidupan Mereka?
Pulau Bangka terkenal karena industri penambangan timah yang besar, yang telah dikembangkan sejak abad 18 dan 19. Pulau Bangka dipengaruhi oleh kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia. Hal ini terlihat dari peninggalan-peninggalan arkeologi dari berbagai naskah kuno (prasasti), yang telah ditemukan di sana. Contohnya, ditemukan "The Kota Kapur Plaque", yang dituliskan pada tahun 686 sesudah Masehi. Pulau ini terkenal karena perkebunan lada yang pernah mencapai puncak kejayaan di tahun 1987. Namun demikian, dalam kurun waktu 1990-an, harga lada turun secara drastis dan diikuti oleh turunnya harga timah, yang sangat berdampak pada perekonomian Bangka. Mata pencaharian orang-orang Bangka bervariasi. Banyak penduduk Pulau ini berprofesi sebagai pekerja pada tambang-tambang timah. Selain itu, banyak juga yang berprofesi sebagai petani, nelayan, dan pembuat perahu. Mereka menghasilkan banyak kerajinan tangan, seperti pekerjaan-pekerjaan membuat buluh/tongkat, anyaman, porselin, keramik, dan ukiran dari timah. Banyak orang yang tinggal di sekitar kota menjadi pedagang dan pebisnis; khususnya dari kalangan etnis China.
Garis keturunannya adalah bilateral (berasal dari kedua orang tua). Sesuai tradisi, pasangan suami-istri itu tidak tinggal berdekatan dengan kedua orang tua mereka sesudah menikah. Sebagai akibat, ada banyak pernikahan campur antara orang Bangka dan kelompok etnis lainnya yang datang ke daerah itu. Pengaruh luar bisa tampak pada adat-istiadat perkawinan. Proses pertunangan didahului oleh keluarga pihak pria, yang memberikan mas kawin kepada pihak keluarga perempuan. Upacara pertunangan biasanya dilakukan dengan berbalas pantun. Pengaruh Islam juga tampak pada prosesi yang diiringi tamborin [alat musik jenis rebana, dengan atau tanpa hiasan kerincing logam di sekitar bingkainya, Red.] dan gendang. Bentuk seni lainnya disebut Sepintu Segudan. Drama orang Bangka ini berceritera tentang kisah perilaku masyarakat gotong royong.
Apakah Kepercayaan Mereka?
Mayoritas orang di pulau Bangka adalah Muslim, khususnya keturunan Melayu, sedangkan mereka yang berasal dari keturunan China memeluk agama Budha dan Konghucu. Etnis Bangka menggabungkan Islam dan kepercayaan animistik tradisional, yang masih tumbuh subur di kalangan masyarakat setempat.
Apakah Kebutuhan Mereka?
Pada saat ini, pulau Bangka sedang menantikan daerahnya menjadi pemerintah daerah yang otonom atau menjadi sebuah daerah industri swasta, agar daerah ini memunyai perekonomian yang stabil yang terlepas dari dampak krisis yang disebabkan oleh anjloknya harga lada dan timah. Krisis ekonomi yang melanda pelosok negeri nusantara baru-baru ini semakin memburukkan kondisi bangsa Indonesia. Sikap mental masyarakat perlu dipersiapkan untuk menghadapi tantangan demi tantangan di masa yang akan datang, yang sudah terbiasa hidup dalam kehidupan yang makmur. Wawasan mereka juga perlu diperluas, sehingga mereka dapat melihat peluang-peluang baru dan mencari alternatif pekerjaan lain yang akan menghasilkan pendapatan yang cukup. Peranan usaha kecil dan koperasi perlu di tingkatkan. (t/Samuel)
Pokok Doa
  1. Doakan masyarakat di Pulau Bangka, agar memiliki kekuatan untuk bangkit dari keterpurukan mereka dalam perekonomian.
  2. Doakan agar pemerintah menaruh perhatian dalam upaya mengembangkan potensi masyarakat Pulau Bangka, khususnya usaha kecil, koperasi, dan pariwisata.
  3. Doakan agar Tuhan memberikan kerinduan bagi individu, gereja, maupun lembaga misi di Indonesia agar semakin banyak yang tergerak untuk berdoa, mendukung dana, dan menginjil bagi jiwa-jiwa di Pulau Bangka.
  4. Doakan agar Tuhan menyentuh hati masyarakat Pulau Bangka ketika mereka mendengar berita Injil, sehingga mereka haus untuk diubahkan oleh kasih Allah dalam hidup mereka.
  5. Doakan juga agar anak-anak Tuhan di pulau Bangka, bisa mencerminkan kasih dan teladan Kristus dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Asahan Di Indonesia


Siapakah Suku Asahan?
Orang-orang Asahan (disebut juga orang-orang Batubara) berbicara dalam bahasa Asahan, bahasa yang merupakan cabang dari rumpun bahasa Melayu. Mereka tinggal di pesisir timur provinsi Sumatera Utara, tepatnya di wilayah Batubara serta wilayah Asahan dan Labuhan Baru dan perkotaan Tanjung Balai. Nenek moyang orang Asahan dipercaya berasal dari Pagaruyung di Sumatera Barat. Teori migrasi ini terbukti dari kemiripan nama-nama geografis yang terdapat di wilayah Asahan dengan nama-nama di Sumatera Barat, seperti penggunaan umum istilah Talawi, Tanah Datar, dan Pesisir. Tampaknya, orang Asahan merupakan keturunan dari pernikahan antara orang Minangkabau dan orang Batak (Simalungun, Angkola, dan Mandailing).
Seperti Apa Kehidupan Mereka?
Pola pedesaan orang-orang Asahan mirip dengan pola pedesaan orang-orang Melayu di Sumatera. Pedesaan Asahan biasanya terletak di sepanjang sungai atau pesisir. Setiap desa memiliki bangunan-bangunan ibadah di desa seperti masjid atau rumah doa. Pedesaan-pedesaan tersebut dipimpin oleh penatua desa, yang disebut "pawing". Mereka memiliki otoritas untuk menyelesaikan pertengkaran-pertengkaran tentang pertanian atau perikanan.
Rumah-rumah orang Asahan dibangun di panggung yang menggunakan penyangga kayu yang tingginya sekitar 2 meter. Rancangan ini menjaga rumah-rumah dari banjir dan serangan binatang-binatang liar.
Orang-orang Asahan mencari nafkah dengan bermacam-macam cara. Sebagian besar orang Asahan bermatapencaharian nelayan. Wilayah itu sangat terkenal karena perairan yang kaya ikan. Kota Tanjung Balai memunyai nama panggilan "Kota Tiram" karena terdapat sangat banyak tiram di kota ini. Beberapa orang Asahan juga bekerja sebagai petani. Hasil utama mereka berupa beras, karet, dan minyak kelapa. Sedangkan penduduk yang lain mendapatkan penghasilan hidup dari menenun kain, yang dikenal sebagai kain songket. Kain ini merupakan kain tenunan tangan yang diselang-selingi dengan benang perak atau emas. Fungsi utama kain ini adalah untuk digunakan dalam acara-acara khusus. Hijau dan biru gelap adalah warna-warna yang dominan dipakai.
Tidak seperti rumpun-rumpun orang Melayu lainnya, garis keturunan Asahan diambil dari pihak ibu (matrilineal). Hal ini disebabkan oleh pengaruh kuat dari kebudayaan Minangkabau. Akan tetapi, nama keluarga diambil dari pihak laki-laki (patrilineal). Salah satu contoh keluarga patrilineal adalah Bandar Ahmat. Setelah pernikahan, pasangan yang baru menikah hidup dekat dengan keluarga wanita (matrilokal). Setelah mereka memunyai satu atau dua anak, mereka biasanya pindah ke rumah baru dekat dengan keluarga laki-laki (patrilokal) atau ke daerah yang benar-benar baru (neolokal).
Apa Kepercayaan Mereka?
Orang-orang Asahan merupakan orang-orang Islam. Mereka hidup berdasarkan pola pengajaran agama mereka. Seperti banyak suku Indonesia lainnya, terdapat pengaruh dari kepercayaan-kepercayaan animistik tradisional mereka. Mereka percaya bahwa kepercayaan-kepercayaan Islam lahir dari nilai-nilai kebudayaan mereka, nilai-nilai yang berfokus untuk mewujudkan kehidupan bersama yang teratur, harmonis, dan saling menghargai.
Apa Kebutuhan Mereka?
Warga Asahan masih memerlukan bantuan untuk membangun wilayah mereka. Mereka perlu diperkenalkan dengan teknologi yang tepat untuk membantu meningkatkan produktivitas. Mereka masih memiliki sedikit kesempatan untuk memperluas, untuk meragamkan jenis-jenis pekerjaan mereka, serta untuk mengembangkan keahlian-keahlian baru. Pelayanan listrik dan persediaan-persediaan air bersih akan sangat mempermudah perkembangan di wilayah mereka.