Asilulu dari Indonesia





SIAPAKAH ORANG ASILULU?
Orang-orang Asilulu tinggal di pulau Ambon, tepatnya di pedesaan Asilulu dan Ureng, di wilayah Leihitu, kabupaten Maluku Tengah, provinsi Maluku. Pada tahun 1999, sebagian wilayah Provinsi Maluku dimekarkan menjadi Provinsi Maluku Utara. Daerah Asilulu dapat dijangkau baik dengan transportasi darat maupun laut. Transportasi umum ke kota Ambon tersedia beberapa kali sehari.
Pulau Maluku, yang menurut sejarah disebut "Kepulauan Rempah-Rempah", merupakan rangkaian dari lebih dari seribu pulau yang tersebar di bagian timur Indonesia. Kepulauan ini meliputi sebagian besar pulau antara Sulawesi dan Papua Nugini serta antara Timor dan Filipina.
Bahasa Asilulu merupakan salah satu bahasa asli kepulauan Ambon. Bahasa ini dipakai oleh orang-orang yang tinggal di pesisir barat. Orang-orang di pedesaan Negri Lima berbicara dengan bahasa yang mirip, namun bahasa mereka berbeda dan terkadang dikenal dengan istilah Henalima.
Menurut sejarah, Bahasa Asilulu merupakan bahasa perdagangan untuk wilayah ini. Bahkan saat ini, tidak mengherankan jika bertemu orang yang berasal dari pulau di sekitar daerah itu, seperti Seram, yang dapat berbicara dalam bahasa Asilulu.
SEPERTI APA KEHIDUPAN MEREKA?
Menangkap ikan merupakan mata pencaharian utama bagi orang-orang Asilulu. Karena padi jarang tumbuh di daerah tersebut, hasil pertanian mereka biasanya berupa cengkeh dan pala. Para nelayan tidak mengetahui ritual-ritual tradisional khusus, walaupun komunitas mereka biasanya mendasari semua aktivitas dan pekerjaan dalam doa menurut pengakuan atau kepercayaan setiap individu.
Sebelum pergi melaut, para nelayan berdoa kepada Tuhan untuk meminta berkat dan perlindungan. Ikan hasil tangkapan dipakai untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari dan selebihnya dijual. Beberapa jenis ikan yang biasa ditangkap seperti cakalang, tenggiri, momar, silapa, lalosi, dan kawalinya.
Dari desa Luhu, Iha-Kulur, dan Asilulu, kebanyakan ikan hasil tangkapan mereka dijual ke Hitu dan Ambon. Para nelayan menggunakan berbagai macam metode untuk menangkap ikan, seperti jaring (rorahi), menebarkan jala, dan perangkap ikan dari rotan. Ketika mereka melaut menggunakan jala atau jaring (pukat, mereka dapat melakukannya dengan berkelompok. Pemimpin kelompok itu disebut "tanase", sementara pengikut-pengikutnya disebut "masnait". Mereka dapat menangkap momar, kawalinya, make, julung-julung dan tuing-tuing (ikan terbang) dengan jala atau perangkap ikan. Orang Asilulu memancing sendiri jika menggunakan perangap ikan dari rotan. Ikan batu-batu biasanya ditangkap dengan teknik memancing yang satu ini.
APA KEPERCAYAAN MEREKA?
Sebagai orang Muslim, mereka percaya bahwa mereka akan dihakimi berdasarkan pengetahuan mereka tentang Al-quran serta apa yang mereka perbuat dalam kehidupan mereka. Orang-orang Asilulu telah melebur agama Islam ke dalam praktik kepercayaan tradisional setempat. Mereka mencampuradukkan praktik-praktik kebudayaan tradisional dengan pengajaran-pengajaran Islam ke dalam berbagai acara mereka, seperti pernikahan, sunatan, upacara kerajaan, dan pembangunan mesjid.
APA KEBUTUHAN MEREKA?
Untuk memasarkan hasil produksi mereka ke perkotaan Ambon dan Hitu, orang-orang Asilulu memerlukan transportasi yang nyaman. Transportasi yang memuaskan ini akan menjaga ikan tetap segar ketika sampai ke kota. Saat ini, infrastruktur transportasi sangatlah terbatas.
Akhir-akhir ini, para pengadu domba dari luar memicu lingkaran kekerasan yang berbahaya dan pembalasan dendam di antara kelompok Ambon. Pulau yang terpisah-pisah ini membutuhkan kedamaian, peraturan, dan pemulihan.

Orang Aikwakai, Sikaritai di Indonesia


Orang-orang Sikaritai bertempat tinggal di Papua, provinsi paling timur di Indonesia. Bahasa mereka disebut bahasa Sikaritai. Bahasa ini digunakan sebagai bahasa percakapan oleh sebagian pengguna bahasa lain. Orang-orang Sikaritai tinggal di empat pedesaan kecil sekitar sungai Idenburg dan Rouffaer yang mengalir ke sungai Mamberamo dan berjarak 250 km dari sebelah barat kota Jayapura. Sebagian besar daerah mereka cukup datar dan berawa.
Orang Sikaritai mencari nafkah dengan berburu dan mengumpulkan bahan makanan di hutan, menanam sayuran di kebun, dan menangkap ikan di sungai. Mereka biasanya memakai air sungai untuk minum dan mencuci. Daerah Sikaritai tidak terjangkau oleh listrik dan telepon. Alat transportasi utama mereka adalah perahu di sepanjang sungai-sungai yang berkelok-kelok atau berjalan kaki. Mereka membangun rumah dari bahan-bahan yang mereka peroleh dari hutan.
Sebagian besar anak-anak hanya mengenyam pendidikan Sekolah Dasar karena tidak ada pendidikan yang lebih lanjut di daerah mereka. Orang-orang Sikaritai terkadang menikah dengan orang dari kelompok bahasa lain. Poligami masih umum terjadi di antara orang-orang Sikaritai. Banyak orang memunyai dua atau tiga istri.
Agama mayoritas orang Sikaritai adalah Kristen. Gereja telah cukup mapan di wilayah itu, tetapi di sana masih terdapat pengaruh kuat dari agama tradisional. Hanya ada segelintir orang Sikaritai yang menerima pelatihan untuk menjadi pendeta atau penginjil di antara kaum sesuku mereka. Saat ini orang Sikaritai tidak memunyai Alkitab dalam bahasa mereka, namun baru-baru ini ada tim penerjemah yang ditugaskan untuk bekerja di antara mereka.
Orang-orang Sikaritai sangat membutuhkan pengembangan masyarakat. Pada dasarnya mereka tidak mempunyai perawatan kesehatan dan sumber air yang bersih. Tingkat pendidikan dan melek huruf orang dewasa sangat rendah. Gereja juga butuh dikuatkan karena pengaruh agama tradisional masih kuat dan poligami cukup lazim di daerah tersebut.

Cia-Cia, Orang Buton Selatan di Indonesia


Pendahuluan/Sejarah
Cia-Cia, lebih umum dikenal sebagai orang-orang Buton Selatan, wilayah mereka terletak di bagian Selatan Pulau Buton hingga ke sebelah Tenggara Sulawesi. Mereka adalah tetangga-tetangga dekat suku Wolio (juga dikenal sebagai orang-orang Buton) dan orang-orang Muna. Bahasa mereka, Cia-Cia, adalah anggota dari keluarga bahasa Austronesia dan sangat dekat dengan bahasa Wolio.
Orang-orang Buton atau Wolio, tinggal di daerah yang dahulu dikenal sebagai Kesultanan Buton. Sekitar abad ke-15, para imigran dari Johore mendirikan kerajaan Buton, dengan seorang raja, sebagai penguasa. Raja keenam memeluk agama Islam pada tahun 1540, menjadikan dirinya sultan yang pertama dan kerajaannya menjadi kesultanan. Kesultanan Buton tetap mandiri sampai kematian sultan terakhir pada tahun 1960. Pada saat itu, kesultanan dibubarkan dan akhirnya disatukan dalam negara Indonesia. Bagaimanapun, penyatuan ini berakibat pada hilangnya tradisi orang-orang Buton.
Seperti Apa Kehidupan Mereka?
Suku Cia-Cia menggantungkan mata pencaharian mereka pada pertanian, sebab tanah di pulau-pulau tersebut sangat subur. Hasil bumi utama yang ditanam adalah jagung, beras kering, dan ubi. Banyak orang Cia-Cia juga bermata pencaharian sebagai nelayan atau pembuat kapal. Namun, sejak peluang-peluang ekonomi berkurang, banyak dari mereka yang berlayar ke pulau-pulau yang sangat jauh untuk mendapatkan uang dari usaha komersial atau buruh. Beberapa dari mereka tidak pernah kembali. Saat ini, orang-orang Buton asli hidup di seluruh Indonesia sebelah Timur.
Berlayar dianggap sebagai pekerjaan pria, termasuk pekerjaan perbesian, pembuatan kapal, usaha kuningan dan perak, dan sebagian besar pengusaha ladang. Pembuatan tembikar, pertenunan, penyiapan makan, pekerjaan rumah tangga, dan pengelolaan keuangan keluarga adalah tanggung jawab utama wanita.
Rumah-rumah orang Cia-Cia didirikan di atas tanah dan dibangun dari papan-papan yang kokoh. Atapnya dibuat dari papan-papan kecil, daun-daun kelapa, atau besi, dan setiap rumah hanya memiliki sedikit jendela. Hampir semua desa memiliki pasar yang memperdagangkan kain-kain tenun sutra, katun, dan yang lainnya. Banyak desa juga memiliki toko-toko kecil dan penjual-penjual keliling yang menjual berbagai macam barang dari gerobak mereka. Saat ini, hampir semua pernikahan Cia-Cia adalah monogami (memiliki satu pasangan). Meskipun orang tua terlibat dalam penyelenggaraan pernikahan, orang-orang muda bebas memilih pasangan mereka. Setelah menikah, pasangan tersebut tinggal dengan keluarga mempelai wanita sampai sang suami membangun rumahnya sendiri. Bayi-bayi mereka dibesarkan bersama oleh ayah dan ibu.
Pendidikan sangat dihargai baik oleh anak-anak laki-laki maupun perempuan di masyarakat Buton. Penekanan pada pendidikan ini telah menyebabkan seni kesusastraan mereka tumbuh subur, menghasilkan buku-buku dan puisi-puisi panjang, yang telah menjadi bagian dari budaya orang-orang Buton. Pembelajaran bahasa asing juga didorong, dan banyak orang Buton mengembangkan posisi-posisi mereka di dalam masyarakat.
Apa Keyakinan Mereka?
Islam diterima pertama kali oleh bangsawan Buton. Mereka membagikan pengetahuan keagamaan mereka kepada orang-orang biasa, tetapi mereka melakukannya dengan cara yang terbatas, agar penduduk desa tetap bergantung pada mereka. Saat ini, hampir semua orang Cia-Cia adalah Muslim, tetapi kepercayaan pada berbagai makhluk-makhluk supranatural masih memiliki peran dalam kehidupan desa. Makhluk-makhluk tersebut, termasuk roh-roh pelindung, roh-roh panen, roh-roh jahat yang menyebabkan penyakit, dan roh-roh yang memberikan tuntunan. Roh-roh nenek moyang dianggap menolong kehidupan sanak saudara mereka atau menyebabkan penyakit, tergantung dari perilaku dari sanak saudara mereka itu. Orang Cia-Cia juga menganggap alam sebagai bentuk fisik dari ciptaan Allah, dan oleh karena itu mereka memujanya.
Aliran Sufi (bentuk mistis dari Islam) juga ada di tengah-tengah suku Cia-Cia. Orang-orang Sufi percaya bahwa meditasi dapat menolong mereka mendapatkan penglihatan tentang Allah. Seorang ahli Sufi adalah seseorang yang percaya bahwa ia telah mencapai pengetahuan nurani yang khusus, langsung dari Allah. Juga, sebagai hasil atas keyakinan Hindu yang masih melekat, banyak orang Cia-Cia yang masih percaya pada konsep reinkarnasi.
Apa Kebutuhan Mereka?
Orang Cia-Cia memiliki sedikit sumber-sumber Kristiani yang ada dalam bahasa mereka sendiri. Doa syafaat dan penginjilan sangat diperlukan untuk menanamkan kebenaran tentang Kristus di antara orang-orang ini dengan kuat.
Pokok-Pokok Doa
  1. Memohon kepada Tuhan untuk memanggil orang-orang Kristen untuk memberitakan Kristus kepada orang Cia-Cia.
  2. Memohon kepada Tuhan untuk melunakkan hati orang-orang Cia-Cia agar mau mendengar Kabar Baik Yesus Kristus.
  3. Berdoa agar Allah menyatakan diri-Nya kepada orang-orang Cia-Cia melalui mimpi dan penglihatan.
  4. Berdoa agar Allah memberikan keberanian kepada orang-orang Cia-Cia yang sudah percaya untuk kembali ke keluarga mereka dan memberitakan kasih Kristus.
  5. Memohon kepada Allah untuk menambahkan tim-tim doa yang akan mulai mempersiapkan fondasi pelayanan kepada suku Cia-Cia melalui doa syafaat.
  6. Memohon kepada Tuhan untuk menghadirkan gereja-gereja Cia-Cia yang berjaya demi kemuliaan nama-Nya!
  7. Berdoa bagi penerjemahan Alkitab yang dimulai dalam bahasa utama kelompok suku Cia-Cia.
  8. Berdoa untuk ketersediaan film Yesus dalam bahasa utama orang-orang Cia-Cia. (t/Anna)

Christian Science

Beberapa Pokok Ajarannya
Kendati Alkitab selalu disebut sebagai pedoman utama ajarannya, namun dalam praktiknya tulisan-tulisan Mary Baker Eddy-lah, terutama Science and Health, yang dijadikan Christian Science atau Gereja Kristus Ahli Ilmu Pengetahuan sebagai pedoman ajarannya. Sebagai intisari tulisan-tulisan dan ajarannya, bersamaan dengan penyusunan Manual of The Mother Church, Mary merumuskan pokok-pokok ajaran (tenets) gereja itu. Berikut ini disajikan terjemahan dari rumusan ajaran itu, lalu akan kita coba membicarakannya bersama dengan beberapa pokok ajaran lain.
Pokok-pokok Ajaran
Gereja Ibu, Gereja Pertama Kristus Ahli Ilmu Pengetahuan

Untuk ditandatangani oleh barangsiapa yang bergabung dengan Gereja Pertama Kristus Ahli Ilmu Pengetahuan di Boston, Massachusetts.
  1. Sebagai penganut Kebenaran, kami menjadikan Firman yang diilhamkan di dalam Alkitab sebagai penuntun kami yang lengkap menuju Kehidupan kekal.
  2. Kami mengakui dan memuji satu Allah yang Mahatinggi dan tak terbatas. Kami mengakui Putera-Nya, satu Kristus; Roh Kudus atau Penghibur ilahi; dan manusia di dalam citra dan rupa Allah.
  3. Kami mengakui pengampunan dosa oleh Allah, pada pemusnahan dosa dan pengertian rohani yang mengusir kejahatan sebagai yang nyata. Tetapi kepercayaan akan dosa akan dihukum sampai tidak dengan berakhirnya kepercayaan itu.
  4. Kami mengakui penebusan oleh Kristus sebagai bukti Kasih yang ilahi dan mujarab, yang membentangkan kesatuan manusia dengan Allah melalui Kristus Yesus Sang Penunjuk-Jalan, dan kami mengakui bahwa manusia diselamatkan melalui Kristus, melalui Kebenaran, Kehidupan, dan Kasih sebagaimana diperlihatkan oleh Nabi Galilea itu di dalam penyembuhan orang sakit dan penaklukan dosa dan maut.
  5. Kami mengakui bahwa penyaliban Kristus dan kebangkitan-Nya bertujuan meningkatkan iman agar memahami Kehidupan kekal, bahkan kesemestaan Jiwa, Roh, dan ketiadaan materi.
  6. Dan kami dengan sepenuh hati berjanji untuk memperhatikan, dan berdoa agar Pikiran (Mind) itu berada di dalam kami sebagaimana berada di dalam Kristus Yesus; berbuat kepada orang lain sebagaimana kami ingin mereka perbuat kepada kami; dan menjadi penuh belas-kasihan, adil, dan murni. [MARY BAKER EDDY]
Membaca rumusan pokok-pokok ajaran di atas kita bisa mendapat kesan bahwa tidak ada yang luar biasa atau yang kelewat berbeda dari rumusan ajaran atau pernyataan iman dari gereja atau aliran di lingkungan Protestan, paling tidak menyangkut butir 1-4. Namun, kita akan melihat banyaknya perbedaan pemahaman, kendati seringkali istilah yang digunakan sama atau mirip. Dan, harus dicatat pula bahwa penjelasan Mary Baker Eddy menggunakan bahasa yang sulit dimengerti, yang mengingatkan kita kepada Swedenborg, Quimby, ataupun Emerson. Untuk jelasnya baiklah kita mencoba melihat beberapa pokok ajaran Christian Science ini secara lebih sistematis, dengan mengacu pada tulisan Mary Baker sendiri maupun tulisan beberapa pengamat (a.l. Gottschalk, Hoekema, Harm, Backman, Braswell, dan Gruss).

Berikut ini ulasan singkat dari butir 1-4:
  1. Allah, Yesus Kristus, dan Roh Kudus
    Butir 2 di atas bisa memberi kesan bahwa Christian Science mempercayai Allah yang Tritunggal. Namun kenyataannya tidak sesederhana itu. Dalam glosari yang terdapat pada buku Science and Health (Mary Baker Eddy, hlm. 587), Allah Bapa digambarkan sbb.:
    "Aku adalah Yang Agung, mengetahui semua, melihat semua, melakukan semua, bijaksana semua, mengasihi semua dan kekal; Prinsip; Pikiran; Jiwa; Roh; Kehidupan; Kebenaran; Kasih; Hakikat semua, kecerdasan."

    Membaca penjelasan ini kita tentu bisa bingung, apa persisnya yang dimaksudkan. Namun menurut para pengamat, setidak-tidaknya penjelasan ini telah memuat sejumlah kata-kata kunci yang nantinya juga digunakan untuk menjelaskan banyak hal, baik mengenai Allah maupun mengenai hal-hal lain. Pada bagian-bagian lain dari tulisan yang sama, ataupun pada tulisan-tulisan lain, Mary sangat menekankan bahwa Allah Bapa dan Yesus Kristus, sama seperti Roh Kudus, adalah Roh atau Prinsip yang rohani; karena itu hakikat ciptaan-Nya pun adalah roh atau rohani. Baginya benda atau materi adalah sesuatu yang semu. Lebih lanjut digambarkan juga bahwa Allah bukan hanya sebagai Bapa, melainkan juga Ibu, atau Ibu-Bapa. Konsep "Ibu" menjadi sangat penting bagi pengertian Mary dan Christian Science tentang Allah (bnd. Teologi Feminis Masa Kini; pen.).
    Yesus didefinisikan oleh glosari itu sebagai "konsep tertinggi yang dibutuhkan manusia mengenai gagasan ilahi, yang menghardik dan menghancurkan kesalahan serta membawa kebakaan manusia kepada terang". Di tempat lain kemudian dijelaskan juga bahwa Yesus itu manusia, bukan Ilah, yang lahir dari wanita, berjalan di bumi, yang memampukan manusia untuk memperoleh pengetahuan pengertian tentang Allah. Ia menjadi contoh tentang manusia yang mampu mencapai status "satu dengan Allah". Sedangkan Kristus didefinisikan sebagai "pewujudnyataan tertinggi dan ilahi dari, yaitu, sang Pikiran, yang datang kepada daging untuk menghancurkan kesalahan yang bersarang di dalamnya". Dengan demikian, Christian Science membedakan Yesus dari Kristus. Berdasarkan pemahaman ini pula Christian Science tidak mengakui kematian Yesus Kristus untuk menebus dosa manusia dan mendamaikan manusia dengan Allah, demikian pula kebangkitan dan kenaikan-Nya ke surga (dan dengan sendirinya tidak mengakui kedatangan-Nya kembali kelak; lihat pokok ajaran tentang zaman akhir di bawah).
    Lalu Roh Kudus digambarkan sebagai Ilmu Pengetahuan Ilahi, pengembangan dari Kehidupan, Kebenaran, dan Kasih. Berdasarkan itu Science and Health. menjelaskan "Tritunggal Ilahi" sebagai berikut:


    "Kehidupan, Kebenaran, dan Kasih merupakan Pribadi tritunggal yang disebut Allah, yakni Prinsip ilahi rangkap-tiga, Kasih. Mereka menampilkan suatu ketritunggalan di dalam keesaan; tiga di dalam satu, sama dalam hakikat, kendati pelbagai di dalam jabatan: Allah sang Bapa-Ibu; Kristus sang gagasan rohani tentang keanakan; Ilmu Pengetahuan ilahi atau Penghibur Suci. Ketiganya ini terungkap tiga kali ganda di dalam ilmu pengetahuan ilahi, kodrat hakiki dari yang tak terbatas. Mereka juga menandai Prinsip ilahi dari wujud ilmiah, hubungan yang cerdas antara Allah dengan manusia dan alam semesta."
  2. Manusia
    Sebagaimana disinggung pada ayat 2 rumusan ajaran di atas, Christian Science memahami manusia pertama sebagai citra Allah memiliki keserupaan dengan Allah. Karena Allah adalah Roh maka manusia pada hakikatnya adalah roh. Dalam buku Facts About Christian Science (dikutip dalam Braswell 1986:202) dikatakan sbb.:

    Manusia di dalam citra Allah, Roh, harus seluruhnya rohani dan sama sempurnanya dengan penciptanya. Karena itu orang sakit dan berdosa yang tampak dalam penampilan jasmani adalah perwakilan yang salah dari manusia, bahkan dalam kenyataannya merupakan salah paham yang bersifat bendawi.
    Baker Eddy sendiri dalam Science and Health (hlm. 475-477) menulis sebagai berikut:


    "Manusia bukanlah materi; ia tidak terbuat dari otak, darah, tulang, dan unsur umur bendawi lainnya. Alkitab memberitahu kita bahwa manusia dibuat menurut citra dan rupa Allah. Materi bukanlah rupa itu. ... Manusia itu rohani dan sempurna.... Manusia adalah ide, citra, dari Kasih; ia bukan jasmani. Ia adalah perpaduan ide Allah, termasuk semua ide yang benar; ungkapan asli bagi segala yang memantulkan citra dan rupa Allah ... Manusia adalah pantulan Allah, atau Pikiran (Mind) dan karena itu bersifat kekal dan tidak mempunyai pikiran yang terpisah dari Allah.... Ia tidak mempunyai hidup, kecerdasan, ataupun daya cipta milik sendiri, tetapi memantulkan secara rohani apa yang merupakan milik Pembuatnya....

    Ketika berbicara tentang anak-anak Allah, bukan anak-anak manusia, Yesus berkata: "Kerajaan Allah ada di dalam dirimu"; itu berarti bahwa Kebenaran dan Kasih memerintah di dalam manusia sejati, yang menunjukkan bahwa manusia di dalam citra Allah tidaklah jatuh [ke dalam dosa] dan adalah kekal.... Di dalam manusia sempurna ini Sang Juruselamat menemukan rupa Allah sendiri dan pandangan yang benar tentang manusia ini menyembuhkan si sakit. Jadi, Yesus mengajarkan bahwa Kerajaan Allah itu utuh, universal, dan bahwa manusia adalah murni dan suci. Manusia bukanlah tempat human yang bersifat bendawi bagi Jiwa; ia sendiri adalah rohani."
  3. Dosa dan Penyakit

    Karena Allah adalah baik, "Semua di dalam semua", berupa Mind dan tidak bersifat material, maka dosa, penyakit dan maut; sama seperti materi, sebenarnya tidak ada, atau bukan merupakan hal-hal yang nyata. Kepercayaan akan adanya hal-hal tersebut hanya disebabkan oleh kekeliruan penglihatan atau salah tangkap belaka, atau karena orang itu menolak mengakui fakta bahwa Allah adalah Semua di dalam semua. Orang seperti itu dianggap masih memiliki mortal mind (pikiran yang fana) dan masih terikat pada mortal error (kekeliruan yang fana). Untuk membebaskan diri dari pikiran dan kekeliruan yang fana itu, Mary Baker Eddy memberi resep yang sederhana: "Ubah pikiranmu [tentang kenyataan] dan ubah hidupmu." Segera sesudah seseorang melihat kehidupan dan kenyataan melalui lensa menurut resep itu, maka dosa, penyakit, dan maut akan menghilang (karena semua itu toh bersifat maya) dan ia akan menjadi Allah, dan segala sesuatu menjadi baik. Sederhana, bukan? Di sini sekaligus terlihat bahwa Mary dan Christian Science sangat dipengaruhi kaum Transendentalis di New England yang sudah disebut di atas, yang gemar berkata: "Gampangkan saja!", kendati mereka itu tidak bicara tentang Allah ataupun agama.

  4. Keselamatan dan Penyembuhan
    Keselamatan berarti memahami Allah, Kehidupan, Kebenaran, dan Kasih, dan mendemonstrasikan keyakinan akan semua itu sebagai yang unggul atas dosa, kesakitan, dan maut pada kehidupan masa kini. Sehubungan dengan itu, diyakini bahwa bagi manusia yang sejati tidak ada penyakit dan maut, dalam arti bahwa kehidupan tidak bisa dirusak. Yang mengalami penyakit, maut, ataupun neraka hanyalah manusia jasmani, yang tidak sejati dan yang jahat. "Orang berdosa membuat nerakanya sendiri dengan berbuat jahat, sedangkan orang suci membuat surganya dengan berbuat baik. Bila pemikiran kita jahat, kita berada di neraka, yang merupakan kemalangan yang didatangkan sendiri, termasuk dosa, kesakitan dan maut," demikian ajaran Mary (dikutip dalam Backman 1982:212). Dengan demikian, keselamatan mencakup pengetahuan atau science tentang Allah dan praktik penyembuhan (bnd. istilah Yunani, sozein, yang punya arti ganda: menyembuhkan dan menyelamatkan).
    Christian Science berbicara tentang keselamatan kini dan di sini, membebaskan seseorang agar memiliki kelimpahan energi, tujuan hidup, jati diri, dan sukacita. Istilah "penyembuhan" sebagaimana digunakan Christian Science mencakup penyembuhan masalah-masalah keluarga dan bisnis, ketidak-adilan sosial, keterbatasan intelektual, ketegangan jiwa, dan kerancuan moral (Facts about Christian, Science, hlm. 6).
    Penyembuhan merupakan fungsi yang paling penting dalam Christian Science. Sama seperti Mary Baker Eddy disembuhkan melalui pembacaan Alkitab dan doa, begitu pula para practitioner Christian Science harus menjalankan praktik penyembuhan dengan juga mengandalkan kedua hal ini; tentu menurut petunjuk, tafsiran, dan metode yang sudah digariskan Mary dalam buku Science and Health buku-buku pegangan lainnya. Dengan demikian, bagi para practiner yang bekerja penuh waktu untuk gereja ini, praktik penyembuhan itu merupakan pelayanan rohani sekaligus profesi. Karena praktik penyembuhan ini mengandalkan kedua sarana dan metode `rohani` itu, maka praktik itu tidak boleh dikombinasikan dengan pengobatan dan pertolongan dokter, kecuali menyangkut kasus-kasus usus, antara lain patah tulang dan melahirkan (yang toh tak boleh menggunakan obat-obatan modern). "Hanya melalui pengandalan Kebenaran secara radikallah kuasa penyembuhan ilmiah dapat diwujudnyatakan" (Science and Health, hlm. 167).

Pemuda: Hamba Pergerakan



Pemuda adalah tiang negara. Pepatah ini memang ada benarnya. Benar pula bila kita katakan pemuda adalah tiang gereja di masa depan. Mengapa? Karena di tangan orang-orang yang masih muda inilah terletak nasib pergerakan di masa depan. Orang-orang yang mungkin kita anggap masih "bau kencur", tapi di masa depan mereka akan mengemban satu tanggung jawab yang besar. Karena di pundak merekalah terletak masa depan pergerakan yang ada.
TUHAN MEMERCAYAI VISI DAN TANGGUNG JAWAB KEPADA ORANG MUDA
Jika kita lihat, dewasa ini sangatlah sedikit orang-orang muda yang dipercaya mampu mengemban tanggung jawab berat dalam pelayanan. Kebanyakan hanya dipercayai dalam masalah pendelegasian tugas. Banyak pemimpin gereja yang cukup khawatir untuk memercayakan masalah pelayanan yang sulit, yang menuntut konsentrasi dan tanggung jawab besar ke pundak orang muda. Namun, Tuhan tidak demikian. Bahkan jika kita baca di dalam firman Tuhan, banyak peristiwa di mana Tuhan memercayakan masalah genting sebuah bangsa ke dalam tanggung jawab orang muda. Mari kita lihat beberapa contohnya.
  1. Dari Kehidupan Yusuf (Kejadian 37-47)

  2. Jelas Yusuf mendapatkan visi ketika masih muda, 17 tahun. Dia bukan orang muda sembarangan. Tuhan memercayakan masalah kelaparan dan kekeringan hebat ke pundak Yusuf sebagai penguasa di Mesir. Namun, hal itu ia dapatkan bukan tanpa proses. Dia harus menjalani beberapa proses yang sangat berat. Tapi jelas, Allah memilih dia dan bukan pemimpin Israel waktu itu, atau malah raja Mesir. Bayangkan betapa jauhnya Mesir! Namun, Tuhan tidak pernah salah pilih orang. Mungkin kita berpikir, Yusuf tentu belum masuk kualifikasi. Apa lagi dia bukan lulusan sekolah ekonomi atau mungkin pakar di bidang pangan. Tapi Allah memberikan tanggung jawab besar itu di pundak Yusuf. Dan Yusuf membuktikan bahwa dia orang muda yang bisa dipercaya.

  3. Dari Kehidupan Musa (Keluaran 2:11-22)

  4. Musa memang pernah mengecap betapa enaknya hidup di istana Mesir. Namun, darahnya tetaplah seorang Ibrani. Karena itu, jauh sebelum dia menyadari panggilan Tuhan untuk menyelamatkan bangsanya dari penindasan, dia sudah merasakan gejolak itu dalam dirinya. Tidak heran, dia berani membunuh orang yang tega memukul kaumnya. Dia tidak "cuek bebek", tapi dia berani untuk mengambil risiko. Tuhan melihat benih itu. Tuhan melihat keberanian Musa untuk mengambil risiko. Sangat mengherankan, Tuhan tidak memercayakan penyelamatan bangsa ini pada pemimpin Israel masa itu, tapi justru pada orang muda yang notabene gagap dan minder. Tapi Musa membuktikan kualitasnya, bahwa dia orang muda yang bisa dipercaya.

  5. Dari Kehidupan Daud (1Samuel 17:40-58)

  6. Daud adalah orang muda yang pertama kali menumbangkan raksasa dari barisan orang Filistin. Allah sudah sejak lama mengenal keberanian dalam diri Daud. Karena itulah, Allah memercayakan tampuk pemerintahan yang baru ke tangan seorang muda yang dulunya hanya penggembala ini. Tapi keberanian dan sepak terjangnya dalam dunia pergerakan, membuktikan bahwa Daud bukanlah orang muda sembarangan.

  7. Dari Kehidupan Paulus (Kisah Rasul 26:12-23)

  8. Paulus juga orang muda yang radikal. Dialah orang muda yang mengembara dengan visi memperluas kerajaan Allah sampai Asia kecil. Lewat pelayanannya, banyak orang mengenal Kristus. Bukan hanya itu, lewat kehidupannya juga dihasilkan banyak pemimpin muda baru yang radikal dan berani hidup menderita demi visi Allah dalam hidupnya. Timotius, Titus, Filemon, dan masih banyak yang lainnya; semuanya lahir lewat tangan dingin seorang Paulus. Mereka menjadi orang-orang muda yang terlatih dalam menghadapi masa sulit pelayanan, dan tampil sebagai orang muda yang dapat diandalkan dalam urusan pelayanan yang sulit sekalipun.
    Masih banyak lagi orang muda yang Tuhan panggil dan percayakan tanggung jawab yang sulit. Ini semua menunjukkan bahwa di mata Tuhan, orang muda termasuk orang yang bisa diandalkan dan dipercayai menangani masalah pelik sebuah bangsa.

PARADIGMA SALAH TENTANG ANAK MUDA
Ironisnya, gereja dewasa ini sangat jarang memercayai anak muda untuk menangani masalah pelik yang ada. Biasanya anak muda hanya dipercayai dalam urusan kegiatan berjangka pendek sementara untuk urusan memikirkan bagaimana gereja ke depannya, anak muda hampir tidak pernah dilibatkan. Ada beberapa paradigma salah tentang anak muda yang sering berkembang di dalam gereja, antara lain sebagai berikut.
  1. Roh Goliat (1 Samuel 17:42)
  2. Roh Goliat adalah roh yang meremehkan orang muda. Ketika Goliat melihat Daud, dia menghina Daud karena ia masih muda. Bahasa Inggris malah menegaskan lebih lagi. "For he was only a youth" (King James Version). Artinya, Goliat menertawakan Daud habis-habisan hanya karena ia seorang muda.
    Meskipun Goliat sudah ditumbangkan, namun roh yang meremehkan dan menganggap anak muda tidak bisa dipercayakan urusan pelayanan yang pelik masih berkembang biak dalam diri banyak orang. Alasan kemudaan, sehingga masih sedikit makan asam garam pelayanan, membuat banyak pemimpin lebih memilih untuk memercayakan pelayanan pada orang yang sudah berkompeten.

  3. Orang muda belum bisa dipercaya dalam banyak hal.
  4. Pandangan ini tidak sepenuhnya benar. Karena ketidakmampuan pemimpin untuk memercayai anak muda membuat pemimpin tidak bisa melihat potensi besar dalam diri anak muda Kristen. Memang ini proses yang panjang, tapi tanggung jawab terbesar seorang pemimpin adalah memberdayakan anak muda (yang merupakan jumlah sangat besar dalam gereja) sehingga mereka dapat muncul dan layak dipercaya dalam banyak hal.

ORANG MUDA: HAMBA PERGERAKAN MASA DEPAN

Potensi yang orang muda miliki janganlah sampai dibatasi hanya sebatas urusan keagamawian semata. Orang muda dipanggil bukan hanya untuk melayani dalam batas mimbar gereja atau dibatasi oleh dinding denominasi gereja. Namun, panggilan orang muda adalah menggarami dan menerangi masyarakat. Karena itulah, orang muda bukan hanya hamba pergerakan bagi gereja. Tapi orang muda punya panggilan yang lebih dari itu yaitu menjadi hamba bagi masyarakat dan orang yang belum percaya. Tuhan tidak pernah menganggap remeh potensi dan kekuatan seorang muda sekalipun minus pengalaman pelayanan. Karena itulah, jika gereja rindu ada sebuah perubahan besar-besaran dalam masyarakat, gereja terlebih dahulu harus mengadakan perubahan dalam cara pandangnya terhadap orang muda.
Bagi orang muda sendiri, janganlah pernah jadikan alasan kemudaan, kurangnya pengalaman pelayanan, atau apa pun juga sebagai penghambat hidup dalam panggilan Tuhan. Karena Tuhan tidak terlalu membutuhkan orang yang sudah berpengalaman. Tapi yang Tuhan butuhkan adalah orang-orang muda yang berani hidup dalam visi, berani melaksanakan tanggung jawab yang sulit, berani menghidupi panggilan, dan bersegera untuk menjadi penjawab masalah pelik yang ada di masyarakat. Orang muda adalah potensi besar yang belum diolah dengan optimal dan maksimal. Karena itulah, gereja punya PR panjang untuk memberdayakan umat, yang di dalamnya juga termasuk orang muda, sehingga umat tidak menjadi orang-orang yang pasif atau hanya menunggu, namun mampu merespons suara Allah dalam hidupnya, dan mampu mengambil tindakan nyata dalam menghidupi visinya.

Bagi orang muda di mana pun berada, ingatlah pesan Paulus kepada rekan muda kita Timotius. Janganlah pernah ada seorang pun juga yang menganggap kita rendah hanya karena kita muda. Marilah kita persembahkan masa muda kita untuk urusan kerajaan Allah. Untuk menjadi penjawab masalah masyarakat yang ada. Untuk menjadi orang- orang di garis depan dalam membuka pelayanan-pelayanan baru yang lebih membumi dan lebih menjawab kebutuhan.

Watch and Pray

"Watch and pray, that ye enter not into temptation: the spirit indeed is willing, but the flesh is weak." – Matthew 26:41

Have you ever been frustrated with the weaknesses of your flesh? Have you ever resolved never more to yield to a particular sin, yet when the temptation came, you fell right back into it?

It's happened to all of us. Even the disciple Peter. He swore he would never deny Jesus...but he did it anyway, time and time and time again.

There is, however, something we can do to keep from falling prey to temptations like that. We can "watch and pray." That's what Jesus told Peter and the other disciples to do in the Garden of Gethsemane. He knew they were about to be tempted, and He knew that the weakness of their flesh would overcome them if they didn't strengthen their spirits through prayer.

That's true for you and me too. That's why in Jude 20 and 21, God tells us much the same thing that Jesus told the disciples that night. He says, "But you, beloved, build yourselves up [founded] on your most holy faith... praying in the Holy Spirit: Guard and keep yourselves in the love of God" (The Amplified Bible). God knows even better than we do that our flesh has been trained to flow with the world's stream. He knows that even though our born again spirits are reaching for God, our untrained flesh will always have a tendency to fall into sin.

So, He's given us the ability to pray in other tongues, to strengthen our spirit and build it up until it takes ascendancy over our flesh. As we pray in the Spirit, Romans 8:26 tells us, the "(Holy) Spirit comes to our aid and bears us up in our weakness; for we do not know what prayer to offer nor how to offer it worthily as we ought, but the Spirit Himself goes to meet our supplication and pleads in our behalf" (The Amplified Bible).

Is it any wonder the Apostle Paul said, "I thank my God, I speak with tongues more than ye all!" (1 Cor. 14:18). It is one of the most powerful tools God has given us.

So don't neglect to use it. Follow the instruction in Ephesians 6:18 and pray "always with all prayer and supplication in the Spirit...watching thereunto with all perseverance."

Don't make the mistake that Peter made. When temptation comes to your door, don't let it catch you sleeping. Be prepared. Make sure your spirit is strong enough to rise above it.

Scripture Reading: Matthew 26:30-44

Letter from JESUS



Letter from JESUS


As you well know, we are getting closer to my birthday. Every year there is a celebration in my honor and I think that this year the celebration will be repeated.

During this time there are many people shopping for gifts, there are many radio announcements, TV commercials, and in every part of the world everyone is talking that my birthday is getting closer and closer. It is really very nice to know, that at least once a year, some people think of me. As you know, the celebration of my birthday began many years ago. At first people seemed to understand and be thankful of all that I did for them, but in these times, no one seems to know the reason for the celebration. Family and friends get together and have a lot of fun, but they don't know the meaning of the celebration. I remember that last year there was a great feast in my honor. The dinner table was full of delicious foods, pastries, fruits, assorted nuts and chocolates. The decorations were exquisite and there were many, many beautifully wrapped gifts.

But, do you want to know something? I wasn't invited.

I was the guest of honor and they didn't remember to send me an invitation. The party was for me, but when that great day came, I was left outside, they closed the door in my face .. and I wanted to be with them and share their table. In truth, that didn't surprise me because in the last few years all close their doors to me. Since I wasn't invited, I decided to enter the party without making any noise. I went in and stood in a corner. They were all drinking; there were some who were drunk and telling jokes and laughing at everything. They were having a grand time.

To top it all, this big fat man all dressed in red wearing a long white beard entered the room yelling Ho-Ho-Ho! He seemed drunk. He sat on the sofa and all the children ran to him, saying: "Santa Claus, Santa Claus"as if the party were in his honor!

At midnight all the people began to hug each other; I extended my arms waiting for someone to hug me and do you know no-one hugged me. Suddenly they all began to share gifts. They opened them one by one with great expectation. When all had been opened, I looked to see if, maybe, there was one for me. What would you feel if on your birthday everybody shared gifts and you did not get one?

I then understood that I was unwanted at that party and quietly left. Every year it gets worse. People only remember the gifts, the parties, to eat and drink, and nobody remembers me. I would like this Christmas that you allow me to enter into your life. I would like that you recognize the fact that almost two thousand years ago I came to this world to give my life for you, on the cross, to save you.

Today, I only want that you believe this with all your heart. I want to share something with you. As many didn't invite me to their party, I will have my own celebration, a grandiose party that no one has ever imagined, a spectacular party. I'm still making the final arrangements..

Today I am sending out many invitations and there is an invitation for you. I want to know if you wish to attend and I will make a reservation for you and write your name with golden letters in my great guest book. Only those on the guest list will be invited to the party. Those who don't answer the invite, will be left outside. Be prepared because when all is ready you will be part of my great party.