SIAPAKAH ORANG ASILULU?
Orang-orang Asilulu tinggal di pulau Ambon, tepatnya
di pedesaan Asilulu dan Ureng, di wilayah Leihitu, kabupaten Maluku
Tengah, provinsi Maluku. Pada tahun 1999, sebagian wilayah Provinsi
Maluku dimekarkan menjadi Provinsi Maluku Utara. Daerah Asilulu dapat
dijangkau baik dengan transportasi darat maupun laut. Transportasi umum
ke kota Ambon tersedia beberapa kali sehari.
Pulau Maluku, yang menurut sejarah disebut "Kepulauan
Rempah-Rempah", merupakan rangkaian dari lebih dari seribu pulau yang
tersebar di bagian timur Indonesia. Kepulauan ini meliputi sebagian
besar pulau antara Sulawesi dan Papua Nugini serta antara Timor dan
Filipina.
Bahasa Asilulu merupakan salah satu bahasa asli
kepulauan Ambon. Bahasa ini dipakai oleh orang-orang yang tinggal di
pesisir barat. Orang-orang di pedesaan Negri Lima berbicara dengan
bahasa yang mirip, namun bahasa mereka berbeda dan terkadang dikenal
dengan istilah Henalima.
Menurut sejarah, Bahasa Asilulu merupakan bahasa
perdagangan untuk wilayah ini. Bahkan saat ini, tidak mengherankan jika
bertemu orang yang berasal dari pulau di sekitar daerah itu, seperti
Seram, yang dapat berbicara dalam bahasa Asilulu.
SEPERTI APA KEHIDUPAN MEREKA?
Menangkap ikan merupakan mata pencaharian utama bagi
orang-orang Asilulu. Karena padi jarang tumbuh di daerah tersebut, hasil
pertanian mereka biasanya berupa cengkeh dan pala. Para nelayan tidak
mengetahui ritual-ritual tradisional khusus, walaupun komunitas mereka
biasanya mendasari semua aktivitas dan pekerjaan dalam doa menurut
pengakuan atau kepercayaan setiap individu.
Sebelum pergi melaut, para nelayan berdoa kepada
Tuhan untuk meminta berkat dan perlindungan. Ikan hasil tangkapan
dipakai untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari dan selebihnya
dijual. Beberapa jenis ikan yang biasa ditangkap seperti cakalang,
tenggiri, momar, silapa, lalosi, dan kawalinya.
Dari desa Luhu, Iha-Kulur, dan Asilulu, kebanyakan
ikan hasil tangkapan mereka dijual ke Hitu dan Ambon. Para nelayan
menggunakan berbagai macam metode untuk menangkap ikan, seperti jaring
(rorahi), menebarkan jala, dan perangkap ikan dari rotan. Ketika mereka
melaut menggunakan jala atau jaring (pukat, mereka dapat melakukannya
dengan berkelompok. Pemimpin kelompok itu disebut "tanase", sementara
pengikut-pengikutnya disebut "masnait". Mereka dapat menangkap momar,
kawalinya, make, julung-julung dan tuing-tuing (ikan terbang) dengan
jala atau perangkap ikan. Orang Asilulu memancing sendiri jika
menggunakan perangap ikan dari rotan. Ikan batu-batu biasanya ditangkap
dengan teknik memancing yang satu ini.
APA KEPERCAYAAN MEREKA?
Sebagai orang Muslim, mereka percaya bahwa mereka
akan dihakimi berdasarkan pengetahuan mereka tentang Al-quran serta apa
yang mereka perbuat dalam kehidupan mereka. Orang-orang Asilulu telah
melebur agama Islam ke dalam praktik kepercayaan tradisional setempat.
Mereka mencampuradukkan praktik-praktik kebudayaan tradisional dengan
pengajaran-pengajaran Islam ke dalam berbagai acara mereka, seperti
pernikahan, sunatan, upacara kerajaan, dan pembangunan mesjid.
APA KEBUTUHAN MEREKA?
Untuk memasarkan hasil produksi mereka ke perkotaan
Ambon dan Hitu, orang-orang Asilulu memerlukan transportasi yang nyaman.
Transportasi yang memuaskan ini akan menjaga ikan tetap segar ketika
sampai ke kota. Saat ini, infrastruktur transportasi sangatlah terbatas.
Akhir-akhir ini, para pengadu domba dari luar memicu
lingkaran kekerasan yang berbahaya dan pembalasan dendam di antara
kelompok Ambon. Pulau yang terpisah-pisah ini membutuhkan kedamaian,
peraturan, dan pemulihan.