Siapakah Suku Asahan?
Orang-orang Asahan (disebut juga orang-orang
Batubara) berbicara dalam bahasa Asahan, bahasa yang merupakan cabang
dari rumpun bahasa Melayu. Mereka tinggal di pesisir timur provinsi
Sumatera Utara, tepatnya di wilayah Batubara serta wilayah Asahan dan
Labuhan Baru dan perkotaan Tanjung Balai. Nenek moyang orang Asahan
dipercaya berasal dari Pagaruyung di Sumatera Barat. Teori migrasi ini
terbukti dari kemiripan nama-nama geografis yang terdapat di wilayah
Asahan dengan nama-nama di Sumatera Barat, seperti penggunaan umum
istilah Talawi, Tanah Datar, dan Pesisir. Tampaknya, orang Asahan
merupakan keturunan dari pernikahan antara orang Minangkabau dan orang
Batak (Simalungun, Angkola, dan Mandailing).
Seperti Apa Kehidupan Mereka?
Pola pedesaan orang-orang Asahan mirip dengan pola
pedesaan orang-orang Melayu di Sumatera. Pedesaan Asahan biasanya
terletak di sepanjang sungai atau pesisir. Setiap desa memiliki
bangunan-bangunan ibadah di desa seperti masjid atau rumah doa.
Pedesaan-pedesaan tersebut dipimpin oleh penatua desa, yang disebut
"pawing". Mereka memiliki otoritas untuk menyelesaikan
pertengkaran-pertengkaran tentang pertanian atau perikanan.
Rumah-rumah orang Asahan dibangun di panggung yang
menggunakan penyangga kayu yang tingginya sekitar 2 meter. Rancangan ini
menjaga rumah-rumah dari banjir dan serangan binatang-binatang liar.
Orang-orang Asahan mencari nafkah dengan
bermacam-macam cara. Sebagian besar orang Asahan bermatapencaharian
nelayan. Wilayah itu sangat terkenal karena perairan yang kaya ikan.
Kota Tanjung Balai memunyai nama panggilan "Kota Tiram" karena terdapat
sangat banyak tiram di kota ini. Beberapa orang Asahan juga bekerja
sebagai petani. Hasil utama mereka berupa beras, karet, dan minyak
kelapa. Sedangkan penduduk yang lain mendapatkan penghasilan hidup dari
menenun kain, yang dikenal sebagai kain songket. Kain ini merupakan kain
tenunan tangan yang diselang-selingi dengan benang perak atau emas.
Fungsi utama kain ini adalah untuk digunakan dalam acara-acara khusus.
Hijau dan biru gelap adalah warna-warna yang dominan dipakai.
Tidak seperti rumpun-rumpun orang Melayu lainnya,
garis keturunan Asahan diambil dari pihak ibu (matrilineal). Hal ini
disebabkan oleh pengaruh kuat dari kebudayaan Minangkabau. Akan tetapi,
nama keluarga diambil dari pihak laki-laki (patrilineal). Salah satu
contoh keluarga patrilineal adalah Bandar Ahmat. Setelah pernikahan,
pasangan yang baru menikah hidup dekat dengan keluarga wanita
(matrilokal). Setelah mereka memunyai satu atau dua anak, mereka
biasanya pindah ke rumah baru dekat dengan keluarga laki-laki
(patrilokal) atau ke daerah yang benar-benar baru (neolokal).
Apa Kepercayaan Mereka?
Orang-orang Asahan merupakan orang-orang Islam.
Mereka hidup berdasarkan pola pengajaran agama mereka. Seperti banyak
suku Indonesia lainnya, terdapat pengaruh dari kepercayaan-kepercayaan
animistik tradisional mereka. Mereka percaya bahwa
kepercayaan-kepercayaan Islam lahir dari nilai-nilai kebudayaan mereka,
nilai-nilai yang berfokus untuk mewujudkan kehidupan bersama yang
teratur, harmonis, dan saling menghargai.
Apa Kebutuhan Mereka?
Warga Asahan masih memerlukan bantuan untuk membangun
wilayah mereka. Mereka perlu diperkenalkan dengan teknologi yang tepat
untuk membantu meningkatkan produktivitas. Mereka masih memiliki sedikit
kesempatan untuk memperluas, untuk meragamkan jenis-jenis pekerjaan
mereka, serta untuk mengembangkan keahlian-keahlian baru. Pelayanan
listrik dan persediaan-persediaan air bersih akan sangat mempermudah
perkembangan di wilayah mereka.
0 komentar:
Posting Komentar